IHSG Berpotensi Naik Terbatas, Ini Strategi dan Saham Pilihan Hari Ini

Rabu, 15 Oktober 2025 | 15:56:34 WIB
IHSG Berpotensi Naik Terbatas, Ini Strategi dan Saham Pilihan Hari Ini

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka peluang untuk bergerak menguat terbatas pada perdagangan Rabu, 15 Oktober 2025, setelah tekanan jual memaksa koreksi cukup dalam. Meski demikian, kemungkinan penurunan lanjutan masih terbuka jika area teknikal tidak mampu bertahan.

Menurut riset MNC Sekuritas, dalam jangka pendek IHSG berpeluang menguji zona 8.092 hingga 8.166 untuk mencoba menguji batas atas pergerakan. Namun tren koreksi tetap mungkin berlanjut dan mendorong indeks ke area 7.720 hingga 7.937 guna menutup gap yang terbentuk.

Secara pandangan teknikal, MNC mencatat bahwa IHSG berada di fase awal pembentukan wave (2) dari wave [3] pada penanda hitam. Dengan demikian, sebelum kembali ke tren naik, masih ada ruang untuk pelemahan lebih lanjut.

Area support terdekat yang mungkin diuji berada di kisaran 8.022 dan 7.913, sedangkan level resistance berhimpitan di angka 8.169 hingga 8.260. Batasan‐batasan ini penting sebagai rujukan manajemen risiko bagi investor yang ingin bermain jangka pendek.

Rekomendasi Saham Pilihan Versi MNC Sekuritas

MNC Sekuritas menawarkan empat saham rekomendasi untuk dicermati hari ini: CDIA, ISAT, JSMR, dan RATU. Rekomendasi ini disesuaikan dengan karakter spekulatif dan potensi rebound di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Untuk CDIA, direkomendasikan speculative buy dalam kisaran Rp 1.805 sampai Rp 1.925 per saham. Target harganya berada di level Rp 2.050 hingga Rp 2.130, dengan batas kerugian (stop loss) di bawah Rp 1.785.

ISAT disarankan sebagai strategi buy on weakness di rentang Rp 1.690 sampai Rp 1.750. Target harganya ditetapkan di zona Rp 1.910 hingga Rp 2.050, dan stop loss kerap diletakkan di bawah Rp 1.615.

Sementara JSMR juga diunggulkan melalui strategi buy on weakness pada kisaran Rp 3.740 hingga Rp 3.780. Target harga berada di level Rp 3.950 hingga Rp 4.090, dengan batas kerugian di bawah Rp 3.700.

Rekomendasi terakhir dari MNC, RATU, dapat dijadikan opsi buy on weakness dalam rentang Rp 7.725 hingga Rp 8.350. Targetnya sangat agresif: Rp 10.050 hingga Rp 11.250, dengan stop loss di bawah Rp 7.275.

Analisis Proyeksi BNI Sekuritas dan Potensi Rebound Teknis

BNI Sekuritas memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang support 7.925 hingga 8.000 dan resistance 8.100 hingga 8.130 untuk hari ini. Menurut mereka, ada peluang rebound teknikal menuju 8.100.

Namun, jika indeks gagal menembus resistance kuat di 8.100, skenario koreksi kembali ke sekitar 7.800 masih sangat mungkin terjadi. Penentuan titik tersebut menjadi krusial agar investor tidak terjebak pada arah berlawanan.

BNI merekomendasikan sejumlah saham yang patut dicermati sebagai ide perdagangan, yaitu GZCO, SCMA, BWPT, BKSL, MINA, dan HRUM. Rekomendasi ini disodorkan sebagai alternatif bagi investor yang mencari peluang di sektor‐sektor penggerak.

Untuk GZCO, area beli yang disarankan berada di rentang Rp 320 sampai Rp 336 per saham. Target harganya dipatok di kisaran Rp 360 hingga Rp 370.

Kemudian SCMA direkomendasikan untuk dibeli di kisaran Rp 390 sampai Rp 400, dengan target harga Rp 412 hingga Rp 424. Investor sebaiknya menempatkan stop loss sesuai toleransi risiko masing‑masing.

Saham BWPT dipandang layak diperhatikan dengan area beli antara Rp 140 hingga Rp 144. Targetnya diperkirakan berada di Rp 147 hingga Rp 152.

Evaluasi Pasar Tanggal 14 Oktober: Pelemahan Tajam dan Statistik Perdagangan
Pada perdagangan Selasa, 14 Oktober 2025, IHSG ditutup melemah tajam sebesar 1,95 persen atau minus 160,68 poin ke level 8.066,52. Gerak harian indeks sempat menembus rentang antara 7.974,03 hingga 8.284,91 dengan nilai transaksi mencapai Rp 32,02 triliun.

Volume perdagangan tercatat sebesar 482,58 juta lot dengan frekuensi transaksi mencapai 3,25 juta kali. Aktivitas transaksi ini menggambarkan tekanan yang kuat datang dari pelaku pasar dalam negeri dan asing.

Tekanan jual asing menjadi salah satu faktor kunci pelemahan pasar. Investasi asing melakukan net sell sebesar Rp 1,38 triliun di seluruh pasar.

Di pasar reguler saja, asing mencatat penjualan bersih senilai Rp 1,32 triliun. Saham perbankan menjadi target utama aksi jual, seperti BBRI senilai Rp 424,1 miliar dan BBCA senilai Rp 305,4 miliar.

Selain itu, asing melepas saham CDIA senilai Rp 259,4 miliar, BMRI Rp 240,4 miliar, serta CUAN Rp 157,7 miliar. Sebaliknya, sektor tambang dan konsumer justru menarik minat asing.

Contoh saham yang diborong asing ialah ANTM sebesar Rp 60,3 miliar, NCKL Rp 57 miliar, MDKA Rp 55 miliar, AADI Rp 46,8 miliar, dan JPFA Rp 34,3 miliar. Aktivitas ini menunjukkan rotasi portofolio asing antar sektor.

Dari kelompok saham KOMPAS100, saham FILM memimpin penguatan dengan lonjakan 13,93 persen. Disusul ENRG naik 8,54 persen, NCKL 6,19 persen, INDY 4,87 persen, serta JPFA 3,24 persen.

Kelima saham dengan penurunan paling tajam dalam indeks KOMPAS100 adalah RAJA turun 14,71 persen, DEWA 7,73 persen, TPIA 7,14 persen, PGEO 6,85 persen, dan BRPT 6,41 persen. Konstelasi pergerakan ini mencerminkan kondisi pasar yang volatil dan terkoreksi keras.

Pergerakan IHSG Sepanjang Hari: Pembukaan hingga Penutupan Sesi
Pukul 09.07 WIB, IHSG dibuka menguat pada awal perdagangan di level 8.093,22, meningkat sekitar 0,33 persen dari penutupan sebelumnya. Kinerja positif ini ditopang penguatan sebagian besar sektor sektoral.

Sektor bahan baku (IDXBASIC) memimpin penguatan dengan kenaikan 1,73 persen, diikuti sektor kesehatan (IDXHEALTH) yang naik 0,91 persen. Sektor industri (IDXINDUST) juga menyumbang tambahan positif sebesar 0,43 persen.

Meski pembukaan positif, pelemahan kemudian merata di hampir semua sektor. Pukul 10.12 WIB, IHSG dalam tekanan dan kembali ke zona merah.

Pada pukul 10.14 WIB, IHSG turun 1,19 persen ke posisi 7.970,37. Indeks unggulan lain seperti LQ45, IDX30, dan KOMPAS100 juga melemah 1,11 persen, 1,00 persen, dan 0,99 persen secara berturut‑turut.

Sektor teknologi (IDXTECHNO) menjadi penekan terbesar dengan koreksi 2,99 persen. Sektor energi (IDXENERGY) turun 2,04 persen, sedangkan bahan baku (IDXBASIC) melemah 1,73 persen.

Sektor keuangan (IDXFINANCE) turut melemah 1,24 persen, diikuti sektor infrastruktur (IDXINFRA) dan transportasi (IDXTRANS) masing‑masing turun 1,01 persen. Hanya sedikit sektor yang bertahan, seperti properti (IDXPROPERT) dan kesehatan (IDXHEALTH).

Pada jeda perdagangan siang hari, IHSG sempat berada di level 8.035,84, menandakan sedikit pemulihan dari tekanan. Meskipun demikian, sebagian besar sektor masih bergerak di zona merah, mencerminkan tekanan lanjutan pasar.

Indeks LQ45 turun 0,12 persen dan IDX80 terkoreksi 0,34 persen. Pelemahan sektoral paling tajam terjadi pada sektor transportasi yang anjlok 2,65 persen serta teknologi turun 2,41 persen.

Sektor energi dan bahan baku melemah 1,12 persen dan 1,11 persen masing‑masing. Sektor industri turun 0,73 persen sementara sektor properti hanya terkoreksi tipis 0,22 persen.

Menilik Kebijakan BEI dan Dampaknya terhadap Free Float Emiten

Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mempertimbangkan penyesuaian klasifikasi ukuran perusahaan (size) guna menetapkan persyaratan minimum free float (FF) emiten. Penyesuaian diperlukan agar klasifikasi lebih relevan dengan kondisi kapitalisasi pasar pasca pencatatan perdana.

I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menyampaikan bahwa detail penyesuaian klasifikasi akan terlebih dahulu diproses sebelum memperoleh persetujuan formal. Dalam aturan saat ini, calon emiten wajib memenuhi besaran free float berdasarkan nilai ekuitas sebelum penawaran umum.

Klasifikasi yang berlaku saat ini menetapkan free float minimum 20 persen untuk ekuitas di bawah Rp 500 miliar. Untuk ekuitas antara Rp 500 miliar hingga Rp 2 triliun, free float minimal 15 persen. Sementara untuk yang di atas Rp 2 triliun, free float minimum 10 persen.

BEI menegaskan bahwa nilai ekuitas yang digunakan saat ini berbeda dengan nilai setelah pencatatan publik. Oleh karena itu, sistem klasifikasi perlu disesuaikan agar ukuran emiten dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar setelah pencatatan.

Simulasi backtesting terhadap perusahaan terdahulu menunjukkan bahwa perubahan klasifikasi free float bisa memindahkan sebagian emiten ke tier free float yang lebih tinggi. Contohnya, emiten yang sebelumnya masuk kategori 10 persen bisa dinaikkan ke minimal free float 15 persen.

Terkini